selamat malam, semoga bahagia selalu
menjadi teman di malam-malam yang sedang kau nikmati kini. jikalaupun untuk kalian yang sedang membacanya pagi, senja atau siang, tapi aku memulai tulisan ini pada malam hari disaat setiap jiwa terlelap dalam mimpi-mimpinya yang belum terwujud. entah harus
memulainya dari mana? mungkin kali ini aku akan sedikit mengambil kutipan dari
film yang baru saja aku saksikan, "teman adalah keluarga yang kau pilih,
sedangkan keluarga adalah nasib yang harus kau terima dengan ikhlas"
kurang lebih kayak gitu sih, judul filmnya "catatan si boy". kAu,
adalah orang yang sudah terpilih secara tidak sengaja menjadi temanku, karena
aku tidak pernah merencanakan untuk mengenalmu, aku hanya seorang aktor yang
sedang menjalankan skenario yang telah dituliskan oleh Tuhan sang maha
sutradara bagi setiap umatnya. "cieee agamis banget". ya, aku di sini
hanya bertugas menjadi aktor yang baik, yang menjalakan semua instruksi dari
sang sutradara, begitu pun ketika Tuhan memilihkan kamu untuk menjadi salah
satu warna dari berbagai warna di belantara kanvas hidupku yang awalnya sempat
memudar. kenapa memudar? ya, karena semenjak skenario itu memutuskan aku untuk
berpindah tempat, jauh dari kawan-kawan yang sudah sejak lama aku kenali,
rasanya semuanya kosong, hampa ternyata kanvas ini bila hanya tertoreh satu
warna saja.
tiga tahun yang lalu, saat pertama kali
kita dipertemukan dalam panggung sandiwara ini aku senang bisa mengenal
orang yang memiliki kebaikan sepertimu, kamu itu tokoh protagonis dalam
sandiwara yang sedang aku lakoni saat itu, sang sutradara begitu baik ia selalu
menghadirkan tokoh-tokoh yang selalu baik terhadapku, dan kau adalah salah satunya. aku tidak ingat bagaimana sapaan yang kau lontarkan
pertama kalinya, tapi semakin hari kita semakin mengenal satu sama lain bukan?,
entah dari mana sesinya kita bisa saling mengenal? apakah sempat berkenalan
secara resmi? tidak. tapi warna yang kau berikan begitu resmi, sangat resmi!
hampir setiap pagi, selalu menjadi saksi
kebahagiannku karena kanvas yang aku miliki kini mulai menemukan ronanya
kembali, dengan kehadiran warna baru dari ketulusan seorang kawan yang kau
hadiahkan terhadapku. maafkan aku jika aku pernah lupa berucap terima kasih
atas semua kebaikanmu. tak sedikit pagi dan malam hari yang selalu kita lalui bersama, entahlah aku tak pernah berpikir bahwa ada sesuatu yang berbeda yang kau rasakan terhadapku yang lebih dari sekedar teman. tak pernah aku berpikir sejauh itu, dalam benakku kau menganggapku sebagai seorang kawan, seorang keluarga barumu yang kau pilih, tapi kenyataan berkata lain. memang, dari sikap yang kau tunjukan pun aku sudah paham, aku juga juga tidak terlalu bodoh untuk memahami hal semacam itu, tapi kembali aku mengingatkan diri bahwa aku dari awal memang sudah terlanjur menganggap hal ini biasa saja, dan mungkin anggapan inilah yang membuatku mulai terbiasa dengan perlakuanmu yang bisa dikatakn spesial terhadapku, selalu spesial. tapi saat itu aku hanya menganggapnya suatu kewajaran yang dilakukan sseeorang yang aku anggap sebagai keluargaku. itu dulu, tapi saat sampai pada episode di mana aku dikagetkan dengan sesuatu hal yang lebih spesial dan bisa aku katakan, baru saat ini aku menerima surprise yang begitu menakjubkan dan saking menakjubkannya sampai-sampai kau membuat lidahku kelu menyaksikannya. kau melukiskan ini untuk
Nama yang kau lukisakan itu, adalah nama seorang wanita yang biasa saja, tidak punya kelebihan apapun, tapi kenapa kau membuatnya seakan-akan orang yang mempunyai nama itu adalah orang yang sangat spesial dan luar biasa. aku tidak seperti itu. sebanyak apa pun aku berucap terima kasih terhadapmu, mungkin tak akan pernah sebanding dengan apa yang telah kau buat. terimakasih kau sudah menyayangi orang ini, terima kasih, aku begitu bahagia dan siapa pun akan merasa bahagia jika banyak orang-orang yang menyayangi di dalam hidupnya. jangan lagi kau tanyakan bagaimana aku terhadapmu, karena sampai kapanpun kau adalah keluarga yang telah Aku pilih, maka dari itu tetaplah menjadi keluarga untuk orang ini agar orang ini tidak mengalami kehilangan untuk kesekian kalinya. Maafkan aku, mungkin ini adalah kebodohanku yang tanpa sadar telah membukakan celah bagimu untuk menumbuhkan bibit kasih sayang yang ternyata perlahan tumbuh subur tanpa direncanakan. sekarang aku sudah tau, sudah mengerti dan yang membuatku terasa begitu berarti adalah saat di mana aku tak bisa melakukan apapun untuk membalasmu, semua sudah terlanjur terucap, sekali lagi maafkan aku. semoga episode selanjutnya sang maha sutradara mempertemukan pada suatu ketepatan dalam hal apapun itu. thank's a lot!